Di kelas 3 ini, kegiatan PMR dan seluruh ekskul
dan organisasi sudah dikurangi dan dibatasi cuma sampai semester 1 saja. Buat
yang kelas 3 udah ga ada kegiatan rutin, tinggal penerimaan anggota baru dan
kaderisasi aja untuk generasi selanjutnya. Dan di saat malam penerimaan anggota
baru di sekolah, setelah semua orang selesai beraktifitas, gue ke dapur buat
bikin kopi, kebetulan tinggal satu sachet, dan duduk-duduk santai di depan UKS
sambil mandangin langit, tenangnyaa.. Tiba-tiba Kiki, cewe cantik anak PMR
kelas 3 juga Cuma umurnya aja
yang ketuaan (Upss.. jangan buka aib),
dateng ngehampirin dan niatnya mau bikin kopi juga, sayangnya kopinya udah
abis. Duduk lah dia di samping gue dan gue tawarin kopi gue, tadinya gue pikir
dia ga akan mau karena secangkir sama gue, eh ternyata diminum juga pas di sisi
yang bekas bibir gue (karena emang kebanyakan orang minum pake cangkir pasti
sisi minumnya sama, kepedean aja gue,
namanya juga bocah..), jadi gue yang
bingung gimana harus minumnya, tanpa bermaksud mesum dan berpikiran jahat, yaa
gue minum seperti biasa di sisi yang sama biar ga canggung, berlanjutlah
ngobrol-ngobrol santai berdua dan gue dengan lepasnya ngeluarin unek-unek
pikiran gue karena terbawa suasana dan memang butuh sharing juga.
Besok paginya gue baru kepikiran dan sadar,
romantis banget semalam itu, walau gue juga tau ga mungkin lah gue bisa suka
dan bahkan sepadan sama orang se-oke Kiki, tapi feel selepas itu lah yang bikin
pacaran itu mungkin senyaman dan seromantis kejadian semalam.Di situlah gue
baru tau tujuan pacaran yang selama ini gue ga tau, adalah mencari kenyamanan
dengan seseorang yang spesial. Beberapa hari setelahnya, Kiki akhirnya jadian
dengan Tria (lagiii?? Ladykiller emang ni bocah..musuuuuuuh umaat),
tapi hanya berlangsung beberapa jam, karena dalam organisasi PMR ga ada yang
boleh pacaran dengan sesama anggota walaupun masa anggota PMR tinggal beberapa
bulan lagi. Fyuuuh... untung gue enggak jatuh cinta sama Kiki karena kejadian
itu.
Kembali lagi ke kelas, bahasa sunda pun ga kalah
dengan bahasa inggris, bikin kelompok juga untuk tugas seperti mencari
makanan-makanan khas sunda, mentasin drama lutung kasarung, dll. Dan kali ini
pemilihannya diacak cewe cowo campur, gue terpisah dari anak-anak Falcon yang
memang baru saja pecah.
Gue masuk ke sebuah komunitas yang baru, dan di
kelompok bahasa sunda ini gue ditanya sama Lena, seorang anggota kelompok B.
Sunda, bagaimana pandangan gue tentang Lidia, yaa gue berikan pandangan gue,
dan hasilnya ternyata banyak yang positif karena memang Lidia adalah bendahara
kelas yang memang banyak ngebantu gue ngurusin kelas yang caur ini, memang
kadang-kadang kelewat perhatian juga ngurusin gue, misalnya pas lagi istirahat
abis tanding olah raga, dikasi tisu dan kadang kalau ada yang kotor diusap biar
bersih, dll. Dan disitu gue sadar, emang sih simple, tapi gue ngerasa
diperhatiin yah?? Kemana aja gue selama inii??!! Lena pun mengungkap kalau
selama ini Lidia suka sama gue, dan kalau gue sadar dan nyaman, kenapa enggak
ngebales perhatian dia juga?. Nnah, gue jadi labil, ini tarohan antar cewe atau
emang beneran, masa sih ada yang suka sama gue, perhatian yang kaya gitu ke
semua orang atau ke gue doang, jahat banget kayanya ga nerima perasaan orang
yang udah baik.
Akhirnya setelah ditimbang-timbang dengan matang,
gue pun nyari kesempatan buat nembak Lidia. Kesempatan itu dateng pas Lidia
hendak memfotokopi naskah, dan gue menawarkan untuk menemani. Sepanjang
perjalanan kami ngobrol seperti biasa dan akhirnya gue nembak Lidia, dan
kembali lagi pesimis karena sebelumnya gue selalu ditolak dan terbesit juga di
pikiran gue Lidia bakal nolak gue dan menang taruhan (sarap pemikiran gue
lebay..). Dan akhirnya lagi-lagi gue bakal dikasi jawaban pas pulang sekolah di
perpustakaan. Aaaarh... kok gue jadi deg-deg-an, dan secara ga sadar gue
ngerasa gue pengen jadi pacarnya karena berhari-hari gue mikirin Lidia terus
semenjak Lena cerita ke gue, yah itulah perasaan cinta “monyet” bisa datang
kapan aja. Setelah pulang sekolah, gue menunggu di perpus, dan Lidia ga
dateng-dateng, bikin spaning banget, ni kayanya emang sengaja nyuruh gue panas
dingin deh, dan akhirnya Lidia pun dateng, gue malah malu-malu buat nanya
jawabannya. Dan akhirnya, eng..ing...eng... Gue diterima!!! There will always
be the first!! Gue mungkin bukan yang pertama buat Lidia, tapi Lidia adalah
yang pertama buat gue.
Setelah gue jadian sama Lidia, gue ngerasa naik
level, dan naik kasta. Hahaa... ga lagi jadi cowo cupu ga laku, dan gue amat
sangat bersemangat ngejalanin aktivitas di sekolah, karena ada yang nemenin,
ada yang merhatiin, dan yang jelas ada temen curhat juga. Enggak cuma gue yang
jadian dari ex-Falcon, Didit yang setelah Falcon pecah membentuk aliansi baru
bernama Gejolakh (Gerakan Jomblo Anak 3 H) dan memiliki jabatan sebagai ketua
akhirnya harus menelan ludah dan jadian sama junior kelas 2, FYI pacarnya ini
adiknya Dilla. Dunia ini sempit, bos!
Karena sama Lidia adalah pacaran pertama gue,
jelas gue baru banyak belajar dan beradaptasi dengan yang namanya punya pacar,
gue masih sering kalau jalan berdua kaya setrikaan, melengos aja kaya ga punya
pacar, jadi harus belajar menyelaraskan langkah, belajar romantis-romantisan,
sayang-sayangan, belajar ngasi perhatian, ngasih kado, dan belajar cemburu!!
Nnah untuk yang terakhir ini yang bocah kaya gue susah adaptasinya. Gue cemburu
banget sama seorang cowo anak 3h juga, namanya Diari (mungkin ni anak pas lahir
nyokapnya lagi nulis diari langsung membrojol, atau nyokapnya memberojol pas
diare dan dia kira ini pup malah keluar anak).
Diari emang bocah yang pecicilan alias genit,
ngerasa paling ganteng, dan sotoynya bener-bener ga ketulungan, temen
sebangkunya Kadri, yang katanya kecengannya Dilla (kembali dunia ini sempit,
oke, SMP 5 ini lebih sempit!). Semakin lama gue perhatiin, Lidia ngasi
perhatian ke Diari seperti ke gue dulu sebelum gue jadian, dan diperparah Diari
nanggepinnya yang gue bilang cukup lebay bikin orang panas. Gue berpikir, wah
indikasi ga bener ini. Pikiran gue panas, ditambah masalah kedua orangtua gue
yang makin parah. Gue malah jadi ilfil karena cemburu Lidia membagi
perhatiannya, dan pas kaya gini, gue punya temen sharing yang cukup dewasa
dengan masalah yang mirip yang akhirnya gue anggap kakak/sista gue jaman SMP,
Cherry, cewe yang jadi andalan sekolah buat nyanyi, kelas 3H juga (SMP 5
sempit, apalagi 3H!!).
Gue bisa banyak sharing sama Cherry, dan nyambung juga
karena dia dalam posisi yang kurang lebih sama. Gue ga punya waktu cemburuan,
bahkan mikirin pacar di saat masalah keluarga gue memanas. Dan dengan egoisnya
gue pikir, buat apa gue pacaran??? Hasilnya, gue pun putus dengan Lidia, Lidia
pun tampaknya udah ilfil duluan sama gue dari sebelumnya.
Di kelas 3 ini awalnya gue berencana untuk bisa
mendapat Rangking 1, tapi sayang impian gue ga kesampean karena adanya sosok
Ira yang selalu saja rangking 1, dua semester pun gue selalu rangking 2. Yang
gue enggak terima, ni cewe di kelas kerjaannya tiduuur mulu, gimana caranya dia
bisa sepintar itu dengan cara tidur! Namun kalau udah bangun, dia bisa sangat
ceria dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan cerdasnya. Mungkin dia punya
kemampuan bermeditasi tingkat alien, atau dia selalu belajar semalam suntuk
jadi pas sekolah jadi ngantuk, dan shift siangnya diserahkan sama teman
sebangkunya, Anggun, yang memang sama-sama pintar, berperangai anggun sesuai
namanya, tapi agak lemot, bener-bener pasangan emas yang saling melengkapi,
beda sama temen-temen sebangku gue.
Gue, Ira, dan Diari dipilih untuk membentuk
kelompok dengan anak-anak aktif lainnya di SMP 5 dalam lomba tentang kebijakan
sekolah, terobosan tentang peraturan-peraturan di sekolah intinya. Beruntungnya
gue beda kelompok dengan dua rival gue ini, rival prestasi dan rival dalam
cinta, haha... Gue sekelompok dengan Acha, cewe multitalenta, yang ga kalah
jago bermusik sama Cherry, dan jauh lebih cerdas dari gue pastinya. Dalam
proses pengerjaannya, gue banyak belajar sama Acha terutama tentang strategi
berpikir dan mengerjakan sesuatu.
Hasil survey, investigasi dan laporan
dipresentasiin pada saat pembagian raport di depan bapak walikota yang
diundang, gue bagian mempresentasikan dengan bahasa inggris, posisi yang sama
dengan Diari di kelompoknya. Dan akhirnya kelompok gue berhasil keluar sebagai
juara, haha... Itu pertama kalinya gue megang piala gue sendiri.Setelah lomba
tersebut, Gue, Ira, dan Acha kembali terpilih lagi buat ngewakilin SMP 5 dalam
pelatihan konservasi tumbuhan di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas
bersama beberapa siswa dari SMP lainnya di Bogor. Kami cepat akrab, terutama
gue, Ira, dan Acha lebih akrab lagi, dan di sini pertama kalinya juga gue bisa
bergaul sama orang-orang di luar sekolah gue sendiri. Di akhir kelas 3, saat
perpisahan, tanpa diduga gue dipanggil untuk maju ke podium sebagai salah satu
siswa lulusan terbaik SMP 5, dan di situ juga pertama kalinya gue ngerasa bisa
bikin nyokap gue bangga terharu dan memeluk gue erat. FYI, Khanan dan Acha lah
yang menjadi raja dan ratu SMP 5 angkatan gue. This Is the end of my Junior
High School moment..
0 komentar:
Posting Komentar