Selagi jadi pengangguran, banyak hal yang terjadi juga, and still about
love, ada kisah yang tertinggal yang belum sempet gue ceritain di bagian
kehidupan SMP gue, cerita tentang Cathrine. Kenapa gue pisah dari kisah
sebelumnya?? Soalnya ini spesial edition, sesuatu yang kenangannya ga mungkin
lupa, karena itu sampe-sampe gue tulis di blog. Apa sih ceritanya?? Okee gue
akan copas aja dari blog (Cuma gue ganti aku jadi gue, aku terlalu dramatis
ah.. hahaha)... cerita ini berlatar saat kelas 3 semester 2, setelah berakhir
cerita dengan Lidia. Cathrine, gadis misterius yang gue kenal lewat dunia maya, hubungan gue
dengannya seperti mimpi, tapi terasa sangat real dan berarti besar dalam
kehidupan gue. Tidak banyak cerita romantis dalam hubungan gue dengan Cathrine,
tapi semua yang terjadi antara gue dengannya sungguh mengejutkan.
Dahulu kala, masih belum ada yang namanya facebook, twitter, atau Friendster
sekalipun, baru ada chatting-chatting tanpa avatar aja, dan saat itu bisa
dibilang gue sangat menikmati percakapan dunia maya itu, banyak sharing yang
membuat gue bisa melihat dunia sedikit lebih luas dan sedikit lebih dewasa
menanggapi tiap cerita yang gue dapet. Dan dari sinilah gue mengenal
Cathrine, ga salah berarti jika mencari jodoh lewat dunia maya.
Awalnya kami sering bertukar pikiran
tentang keseharian kami lewat chat, email, juga sms. Setelah sekian lama dan
kami merasa sudah cukup akrab dan nyambung secara pikiran, timbul-lah
ketertarikan dalam diri kami untuk saling bertemu, karena sampai kami bertemu,
kami tidak mengetahui wajah satu sama lainnya. Gateknya jaman itu..
Inilah mungkin yang disebut Blind Date,
kencan tanpa mengetahui rupa pasangan kita, dan sangat konyol, penuh
dag-dig-dug, karena segala kemungkinan bisa saja terjadi saat bertemu, yang gue
takutkan ialah ia kecewa setelah bertemu dengan gue, still yakin dan maksimal
aja, yang terpenting ialah kesan pertama saat bertemu ialah kunci dari hubungan
apapun.
Akhirnya
kami bertemu, Pertemuan gue dengannya
tidak bisa dipercaya, bahkan aku belum pernah memimpikan gadis seperti ini
sebelumnya. Gadis tipe Asia (Korea, Cina, Jepang), Rambut panjang indahnya
terurai dengan menggunakan rok panjang, sekilas benar-benar seperti
bidadari. Gue terdiam tak bisa berkata-kata karena kekaguman gue akan Cathrine,
sampai saat Cathrine menyapa gue dan menyadarkan gue bahwa ini nyata.
Mulai hari itu, kami semakin sering lagi
berkomunikasi dan bertemu, pembicaraan kamipun semakin berkembang yang bahkan
perbedaan agama antara kamipun bahkan menjadi hal yang menyatukan kami,
Cathrine selalu mengingatkan gue untuk solat begitu juga sebaliknya, dan kami
sama-sama belajar untuk mensyukuri dan menikmati semua nikmat dari sang
pencipta, terutama hubungan kami. Indah bukan?
Hingga suatu saat, ia menghilang dalam kurun
waktu yang bisa dibilang cukup lama, dan jelas cukup membuat gue khawatir juga
berfikir sedikit negatif tentangnya. Dan di sanalah gue sadari, ternyata
luasnya pembicaraan kami telah membuat gue lupa untuk menelusuri Cathrine lebih
pribadi, bahkan gue tidak tahu dimana ia tinggal, bodohnya..
Saat gue sudah mulai merelakannya, tiba-tiba
Cathrine kembali menghubungi gue dan meminta untuk segera bertemu tepat satu
minggu sebelum ujian nasional. Gue senang, lega, sekaligus bingung dengan penuh
tanda Tanya besar di kepala gue, Gue pun mengiyakan berharap gue bisa
mendapatkan semua jawaban saat bertemu dengannya.
Ia tampak begitu cantik hari itu, jauh lebih
cantik dari biasanya. Durasi pertemuan kami saat itupun jauh lebih lama
dibanding sebelum-sebelumnya, namun gue tidak berhasil mengeluarkan satupun
pertanyaan dari list di otak gue, terlalu banyak aktivitas menyenangkan yang membuatku
terlarut di dalamnya, ia sangat aktif sekali hari itu membuat gue semakin
bingung. Plot akhir dari hari itu ialah parkir basement sebuah mall di bogor
yang saat itu masih terbilang baru, gue berniat mengeluarkan semua pertanyaan
yang tersimpan, belum sempat gue berbicara, ia langsung mencium gue tepat di bibir..
“tolong jangan bertanya apapun” ucapnya
dengan sedikit mengendurkan bibirnya, lalu setelah itu bibirnya kembali
mengunci rapat seluruh pertanyaan gue sambil memeluk gue dengan eratnya,
setelah itu ia dengan terburu-buru masuk ke mobil mewahnya dan pergi
meninggalkan gue di sana. “terima kasih” ucapnya, dan gue yang masih terpaku
dan tidak bisa berkata apa-apa dengan semua yang baru saja terjadi. Dan itulah
kisah, ciuman pertama gue. Suplemen sebelum Ujian Nasional.
Setelah itu ia kembali menghilang, tanpa
kabar, dan gue semakin bingung dengan segalanya, gue tidak lagi bisa berfikir
logis tentang ini semua, semua terjadi begitu cepat dan tampak seperti tidak
nyata, tapi gue merasakannya. Hingga pada akhirnya, pada masa gue jadi
pengangguran gue mendapat titik terang yang menghentikan semua pertanyaan yang
berkecamuk dalam pikiran gue, email yang membuat gue tidak bisa menahan air
mata gue dan membuat gue ingin berteriak dan menyesali semuanya. Email dari
accountnya yang dikirim oleh seorang anggota keluarganya, juga kiriman pos ke
rumah gue, berisi email-email, chat, dan sms, dari gue untuknya dan balasan
darinya untuk gue dari awal sampai akhir.
Cathrine telah tiada, jawaban simple yang sempurna, menyakitkan dan membuat
dunia ini serasa hancur berkeping-keping, dan memang sehiperbol itulah yang gue
rasakan saat itu. Dari awal Cathrine memang sudah berniat menyembunyikan
identitasnya, terutama sakit kronisnya, karena ia ingin gue memperlakukannya
dengan normal, dan memang lebih mudah jika bersama orang asing melakukannya,
secara takdir Gue adalah
orang asing yang beruntung itu. Walau sempat tidak sanggup menerima semuanya,
tapi gue bersyukur mungkin inilah yang
terbaik, bukan untuk gue, tapi untuk Cathrine.
0 komentar:
Posting Komentar