Pengertian lailatul qadar
Sering kita
dengar tapi mungkin masih ada sebagian dari kita yang belum tahu apa itu
lailatul qadar. Jadi, Lailatul Qadar itu secara tata bahasa terdiri dari dua
kata: “lailah” yang artinya malam, dan “qadr” yang artinya kemuliaan. Sehingga
gabungan dua kata ini berarti malam kemuliaan.
Alasan diturunkannya Lailatul Qadar
Kenapa nih disebut malam kemuliaan? Sebelum itu, berikut
penulis bahas dulu history nya, alas an kenapa Allah kasih Malam Kemuliaan ini
kepada kita sebagai umat yang paling disayangi Allah, umat Nabi Muhammad
Sallallahu ‘alaihi wa sallam.
Menurut beberapa hadits, di antara sebabnya adalah sebagai
berikut:
Rasulullah SAW. pernah merenungkan usia umat-umat terdahulu yang lebih panjang daripada usia umatnya yang pendek. Beliau pun bersedih karena mustahil umatnya dapat menandingi amal ibadah umat-umat terdahulu. Oleh sebab itu, Allah SWT. dengan kasih sayangNya yang tidak terhingga mengaruniakan Lailatul-Qadar kepada umat ini. Hal ini bermakna bahwa apabila ada seseorang yang memperoleh kesempatan beribadah selama sepuluh malam Lailatul-Qadar pada bulan Ramadhan dan mendapatkan keberkahan malam-malam tersebut, maka ia akan mendapat pahala beribadah selama 83 tahun 4 bulan, bahkan lebih.
Rasulullah SAW. pernah merenungkan usia umat-umat terdahulu yang lebih panjang daripada usia umatnya yang pendek. Beliau pun bersedih karena mustahil umatnya dapat menandingi amal ibadah umat-umat terdahulu. Oleh sebab itu, Allah SWT. dengan kasih sayangNya yang tidak terhingga mengaruniakan Lailatul-Qadar kepada umat ini. Hal ini bermakna bahwa apabila ada seseorang yang memperoleh kesempatan beribadah selama sepuluh malam Lailatul-Qadar pada bulan Ramadhan dan mendapatkan keberkahan malam-malam tersebut, maka ia akan mendapat pahala beribadah selama 83 tahun 4 bulan, bahkan lebih.
Riwayat lain menyatakan bahwa Rasulullah saw bercerita kepada
para sahabatnya tentang kisah seseorang yang sangat shalih dan Bani Israil yang
telah menghabiskan waktunya selama seribu bulan untuk berjihad fi sabilillah. Mendengar
kisah ini, para sahabat r.hum merasa iri. Terhadap hal ini, Allah SWT.
mengaruniakan kepada mereka Lailatul-Qadar sebagai ganti dan beribadah selama
1000 bulan tersebut.
Ada juga riwayat lainnya yang menyatakan bahwa Nabi SAW.
pernah menyebutkan empat nama Nabi dan Bani Israil, yang masing-masing telah
menghabiskan delapan puluh tahun untuk berbakti dan beribadah kepada Allah
tanpa pernah mendurhakaiNya sekejap mata pun. Mereka adalah Ayyub as., Zakariya
as., Hizkil as., Yusya’ as. Mendengar hal ini para sahabat merasa iri. Lalu
Jibril a.s. datang dan membacakan surat Al-Qadar; yang mewahyukan tentang
keberkahan malam yang istimewa ini.
Keutamaan Lailatul Qadar
Seperti kisah
yang sebelumnya diceritakan, malam ini Allah limpahkan kasih saying nya dengan
melipatgandakan pahala ibadah kita sebanyak setara dengan 1000 bulan,
sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Qadar: 2-3:
Wamaa adrokamaa
lailatul qadr. Lailatul qadri hhaoiru min alfisyahrin.
“Tahukah kamu apa itu
lailatul qadar? Lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan” (Setara dengan
83 tahun dan 4 bulan)
Mantaaap
kan?! Tidak Cuma itu, dalam hadis lain
Dari Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu; Nabi Salallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barang
siapa yang beribadah pada lailatul qadar karena dasar iman dan mengharap pahala
maka diampuni dosanya yang telah berlalu.” (H.r. Al-Bukhari dan Muslim)
Subhanallah…
Waktu Lailatul Qadar
Nah, mengenai
malam kemuliaan ini, tidak ada satu pun manusia yang tahu waktu terjadinya
malam lailatul qadar karena ini adalah rahasia Allah. Namun dari Aisyah
Radhiallahu ‘anha, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menghidupkan
sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “ Carilah malam qadar di malam ganjil pada
sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” (H.r. Al-Bukhari dan Muslim)
Cara Mendapatkan Lailatul Qadar adalah
dengan Ber-I’tikaf
Rasulullah
Sallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada kita sebagi umatnya bagaimana
cara mendapatkan Lailatul Qadar, yaitu dengan ber I’tikaf dan memperbanyak
ibadah di dalam masjid. Sebagaimana:
Dari Aisyah
Radhiallahu ‘anha; bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa I’tikaf
pada malam-malam terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau. (H.r.
Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a., bahwa Rasulullah saw bersabda,”
Aku telah beri’tikaf sejak sepuluh hari awal bulan ini untuk mendapatkan
Lailatul Qadr, kemudian sepuluh hari pertengahan. Lalu dikatakan kepadaku bahwa
Lailatul Qadar itu ada di sepuluh hari yang terakhir. Maka barangsiapa ingin beri’tikaf, I’tikaflah pada
sepuluh malam terakhir.” Lalu orang-orang pun beri’tikaf bersama
beliau. Beliau bersabda,” Aku bermimpi melihat Lailatul Qadar pada malam ini,
tetapi dibuat lupa, dimana pada pagi-pagi aku sujud di tanah yang basah. Maka
carilah pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-malam yang ganjil.”
Memang malam itu hujan, sehingga masjid tergenang air. Setelah selesai sholat
shubuh, Rasulullah saw keluar sedangkan di kening beliau menempel tanah basah.
Malam itu adalah malam ke-21 dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (
Hadits Bukhari, Muslim- Misykat )
I’tikaf di masjid tuh syarat wajib untuk bisa mendapatkan
pahala Lailatul Qadar, sebagaimana syarat dilipatgandakan pahala sebanyak 70x
di bulan Ramadhan akan didapat dengan kita menjalankan puasa Ramadhan. Tidak
ada satu hadits pun yang dikatakan oleh Nabi SAW beribadah dirumah akan
mendapatkan Lailatul Qadar. Sehingga,
kalau ada satu orang memasuki 10 hari akhir Ramadhan tetapi dia tidak I’tikaf
di masjid maka orang seperti ini tidak akan mendapat Lailatul Qadar. dan
SIAPA SAJA YANG BER I’TIKAF MAKA DIA BERHAK MENDAPATKAN PAHALA LEBIH BAIK DARI
SERIBU BULAN ATAU 83 TAHUN 4 BULAN (Insya Allah).
Tidurnya orang yang berpuasa saja dihitung ibadah. Bagaimana
pula tidurnya orang yang I’tikaf pada malam Lailatul Qadar, berapa besar
pahalanya...? Itu masih tidurnya, bagai mana dengan shalatnya, zikirnya baca Al
Qur’annya. Apalagi dakwah, lebih dahsyat lagi.
Analoginya seperti ini lah, misalkan Satu orang kaya telah
mengatakan : “Siapa saja yang datang kerumah saya dalam masa waktu 10 hari ini
dan didalam 10 hari itu ada 1 hari, saya akan membagi-bagikan uang 100 juta
kepada siapa saja yang datang.
Maka setiap orang akan berpikir : “Untuk mendapatkan uang yang 100 juta tersebut. Jalan satu-satunya menginap dirumah orang kaya tersebut” Siapa pun orangnya akan berpikiran demikian.
Tibalah masa waktu uang dibagi. Kita katakanlah hari ke 5. Waktu pembagian uang ada yang sedang makan, ada yang sedang tidur dsb. Orang kaya tadi sudah berjanji akan memberikan uang 100 juta kepada siapa saja yang datang. Maka yang tertidur pun akan tetap diberikan uang karena dia sudah mau datang. Apakah orang yang tidak hadir ketika itu akan mendapatkan uang. Jawababnya : TENTU TIDAK AKAN MENDAPATKAN walau hanya Rp. 1,-
Maka setiap orang akan berpikir : “Untuk mendapatkan uang yang 100 juta tersebut. Jalan satu-satunya menginap dirumah orang kaya tersebut” Siapa pun orangnya akan berpikiran demikian.
Tibalah masa waktu uang dibagi. Kita katakanlah hari ke 5. Waktu pembagian uang ada yang sedang makan, ada yang sedang tidur dsb. Orang kaya tadi sudah berjanji akan memberikan uang 100 juta kepada siapa saja yang datang. Maka yang tertidur pun akan tetap diberikan uang karena dia sudah mau datang. Apakah orang yang tidak hadir ketika itu akan mendapatkan uang. Jawababnya : TENTU TIDAK AKAN MENDAPATKAN walau hanya Rp. 1,-
I’tikaf malam
lailatul qadr seminimalnya dilakukan sejak dating waktu Isya, sampai dengan
terbit fajar di esok harinya sebagaimana Di akhir Q.S. Al Qadar, Allah
berfirman,
Salaamun
hhiya hatta mathla’il fajr
“Ini adalah
malam penuh keselamatan, sampai terbit fajar.”
Doa malam lailatul qadar
Dari Aisyah
Radhiallahu ‘anha,”Saya bertanya ,’Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai malam
lailatul qadar, apa yang aku ucapkan?’Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab,’Ucapkanlah,
Allahumma
innaka afuwwun kariim, tuhibbul ‘afwa fa’fu anhum.
‘Ya Allah, sesungguhnya
Engkau adalah Dzat yang Maha Pemaaf dan Maha Pemurah maka maafkanlah diriku’”
(H.r.
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, Sahih)
4 Golongan manusia yang tidak bisa mendapatkan
berkah Lailatul Qadr
Nah, ini
warning buat kita semua nih, ternyata ulama katakana ada 4 golongan yang tidak bisa
mendapatkan berkah Lailatul Qadar, kalau I’tikaf adalah syarat wajib pada saat
malam Lailatul Qadar, ini juga menjadi syarat mutlak untuk diselesaikan sebagai
persiapan menuju malam Lailatul Qadar, 4 golongan tersebut antara lain:
1. Manusia yang sedang mabuk duniawi.
2. Manusia yang durhaka kepada orang tuanya
3. Manusia yang tidak menegur saudara dan kerabat dekatnya lebih dari 3
hari
4. Manusia yang bertengkar dengan kerabatnya
Mabuk duniawi
yang di maksud di sini ialah mabuk akan hal-hal duniawi, seperti mabuk akan
harta, mabuk akan jabatan, mabuk akan wanita, mabuk politik ataupun yang telah
jelas seperti mabuk dengan makanan atau minuman memabukkan. Mabuk-mabuk
tersebut besar kemungkinannya akan merusak kekhusyu’an kita dalam beri’tikaf,
yang mungkin akan menghambat kita dalam ber I’tikaf..
Nah yang
kedua ini, yuk mari deh kita berlomba meminta ampunan dari orang tua kita jika
kita memiliki kesalahan-kesalahan, kita manfaatkan hari yang tersisa untuk
berbakti kepada orang tua kita, Bagi kita yang orang tuanya sudah wafat,
sempatkan untuk berziarah dan memperbanyak istigfar dalam doa untuk memohonkan
ampunan. barangsiapa yang diridhai oleh kedua
orang tuanya, maka Allah meri dhainya;
dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Allah murka kepadanya.
Untuk
golongan pertama dan kedua, perlu kita ingat lagi Dosa yang paling besar adalah
syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua. (Al-Mustadrak 12: 360)
Kalau yang
ketiga dan keempat, ini mungkin kelihatannya biasa tapi silaturahmi adalah
amalan surga. Sebagaimana Dari ‘Aisyah ra
berkata, Rosulullah saw bersabda, : "Silaturahmi
itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambung silaturahmi
maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskan
silaturahmi maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR. Bukhari
dan Muslim). Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rosulullah s.a.w
bersabda, Barang siapa yang beriman pada
Allah dan hari akherat maka lakukanlah silaturahmi (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Anas bin Malik ra berkata bahwa Raslullah SAW bersabda, "Janganlah kalian saling memutuskan hubungan, jangan
saling membelakangi, jangan saling bermusuhan, jangan saling hasud. Jadilah
hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak
bertegur sapa dengan saudaranya di atas tiga hari. (HR Muttafaq 'alaihi)
Dalam hadits riwayat Abu Hurairah radhiyallahu`anhu, Rasulullah
Shallallahu’alayhi wa sallam bersabda: “……. setiap hamba yang beriman d ampuni (dosanya) kecuali hamba yang di
antara dirinya dengan saudaranya ada permusuhan. Di firmankan kepada
Malaikat: “Tinggalkanlah atau
tangguhkanlah (pengampunan untuk) dua orang ini, sehingga keduanya kembali
berdamai.” [HR. Muslim : 4/1988]
Bagaimana Wanita Menghidupkan Lailatul
Qadar?
Wanita
juga mendapatkan kesempatan meraih keberkahan lailatul qadar, ialah dengan beri’tikaf
di ruang sholat (musholla) rumahnya, ditambah dengan memotivasi keluarga
laki-lakinya untuk senantiasa beri’tikaf di masjid, sehingga para wanita pun
mendapat keberkahan dari pahala yang didapatkan saudara laki-lakinya.
Lalu
bagaimana dengan Wanita yang sedang haid?
Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia
pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas,
haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya dalam keadaan berdzikir),
apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?” Adh Dhohak pun
menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah
terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.”
Dari riwayat ini menunjukkan bahwa
wanita haidh, nifas dan musafir tetap bisa mendapatkan bagian lailatul qadar.
Namun karena wanita haidh dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat ketika
kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan amalan ketaatan lainnya. Yang
dapat wanita haidh lakukan ketika itu adalah,
1.
Membaca Al Qur’an tanpa menyentuh
mushaf.
2.
Berdzikir dengan memperbanyak bacaan
tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan
dzikir lainnya.
3.
Memperbanyak istighfar.
4.
Memperbanyak do’a.
Referensi:
Bayan Subuh K.H.
Abah Raodl Bahar
www.KonsultasiSyariah.com
(Ustadz Ammi Nur Baits)
0 komentar:
Posting Komentar